Sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat dan Pemerintah Aceh saat provinsi dengan sebutan “Serambi Mekkah” berhasil menjadi salah satu pemenang untuk tiga kategori dalam Kompetisi Pariwisata Halal Nasional 2016 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata RI, yaitu Aceh sebagai Destinasi Budaya Ramah Wisatawan Muslim Terbaik 2016, Bandar Udara Sultan Iskandar Muda sebagai Bandara Ramah Wisatawan Muslim Terbaik 2016 dan Masjid Raya Baiturahman sebagai Daya Tarik Wisata Terbaik 2016 yang diumumkan pada 21 September lalu.
Puncak kebanggaan tersebut dapat dirasakan saat penyerahan anugerah (awards) kepada pemenang, khususnya Pemerintah Aceh, diwakili oleh Asisten Keistimewaan Aceh Pembangunan dan Ekonomi, Zulkifli Hasan yang diserahkan langsung oleh Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya pada Malam Penganugerahan Kompetisi Pariwisata Nasional 2016 dengan tagline “Yang Halal Menjadi Pesona” di Balairung Soesilo Soedarman Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata RI, Jum’at (7/10/2016) malam.
Malam anugerah tersebut telah membuktikan Aceh sebagai sebuah provinsi yang baru bangkit dari industri pariwisatanya pascakonflik yang sangat melelahkan dan Tsunami yang sangat menghancurkan mampu bersaing dan berdiri sejajar dengan provinsi-provinsi lainnya yang sudah maju di sektor industri pariwisata.
Pun demikian, perjuangan kita belumlah berakhir, tapi kemenangan yang baru kita raih adalah awal dari sebuah proses panjang untuk menyampaikan pesan damai dan pesona pariwisata Aceh ke seluruh bangsa di dunia sesuai dengan branding “Cahaya Aceh“. Semoga selalu memberi syafaat bagi kita semua. Aamiin.
Menyiapkan SDM Siap Siaga untuk WHTA
Pemilihatan Duta Wisata Aceh (PDWA) 2016 sudah didepan mata, tidak perlu muluk-muluk dan berharap banyak hal selain dari menyiapkan kesiagaan duta-duta wisata sebagai salah satu tameng SDM pariwisata yang mampu mewujudkan interkoneksi daerah-daerah untuk saling sinergi, dan solid dalam membangun industri pariwisata.
Ada harapan besar, setelah berakhir PDWA 2016 yang akan berlangsung 15 Oktober mendatang di Kota Langsa, langsung disambut dengan masa pemungutan suara daring (e-vote) internasional pada 17 Oktober hingga 25 November lewat jejaring surveymonkey.com. Setiap duta wisata daerah nantinya bisa membangun kesiapan diri dan mental mereka di daerah untuk mengarahkan masyarakat pentingnya tentang wisata halal dan menjadi leader untuk mengarah atau sosialisasikan ajakan e-vote ke berbagai lini.
Kali ini Aceh, Sumbar, NTB tidak lagi mewakili provinsi untuk maju di WHTA 2016, melainkan membawa nama besar Indonesia di kancah internasional. Pentingnya penyebaran informasi secara daring dari ranah digital alias viral tentu menjadi bahan pertimbangan yang sangat perlu diperhatikan lewat pemanfaatan media sosial untuk menciptakan lingkungan pencitraan yang global dengan kata lain awareness halal tourism harus disiapkan dengan amunisi yang stabil oleh mereka penikmat dan pecinta digital (netizen).
Hal ini juga berarti, awareness halal tourism yang dibangun secara daring semakin menghemat biaya dan efisiensi waktu untuk menjangkau lapisan masyarakat dunia serta pihak komite di WHTA 2016. Kini kebutuhan dan semangat konsistensi meramaikan konten daring juga perlu komitmen, tidak hanya sekali dan dua kali lalu hilang begitu saja. Keberlangsungan awareness halal tourism harus terus dikawal oleh netizen dan relawan halal yang telah terbentuk dari berbagai elemen serta lintas sektoral.
Semoga semangat ini terus terjaga, bukan hanya tanggung jawab mereka (duta wisata) yang disebut di atas, melainkan juga menjadi tanggung jawab semua, mulai dari pusat dan daerah untuk sama-sama membawa nilai Rahmatan lil ‘alamin sebagai filosofi pariwisata Indonesia yang telah diaminkan oleh Kementerian Pariwisata.