Industri pariwisata Aceh juga mengalami kemajuan yang cukup baik. Hal ini tidak terlepas dari keterbukaan masyarakat Aceh dan keberhasilan rekonstruksi Aceh hampir 12 tahun yang lalu yang didukung oleh ribuan masyarakat internasional untuk membangun kembali Aceh dari berbagai kehancuran pasca bencana Tsunami.
Keberhasilan rekonstruksi Aceh tersebut juga telah berhasil memperkenalkan dan mempromosikan keberagaman potensi Aceh di luar negeri melalui promosi mulut ke mulut “words of mouth promotion“, seperti pesona alam, keramahan masyarakat, keunikan masakan khas Aceh, keindahan seni budaya dan kebesaran sejarah masa lalu dan peninggalan Tsunami.
Penunjukan Aceh sebagai tujuan wisata halal yang ramah Muslim sebagai sebuah niche market baru dalam industri pariwisata menjadi peluang dan tantangan baru bagi masyarakat dan Pemerintah Aceh sebagai tuan rumah yang baik dalam menyambut dan melayani wisatawan melalui pelayanan maksimal berbasis halal.
Dikenalnya Aceh dengan Serambi Mekkah, Bumi Iskandar Muda, Bumi Srikandi, Daerah Modal, Tanah Rencong dan keberadaan beberapa ulama besar dan kharismatik, seperti Syekh Abdurrauf, Syekh Maulana Abdul Aziz Shah, Syamsuddin Assumatrani, Nuruddin Arraniry dan Hamzah Fanshuri yang pernah memberi andil besar dalam kejayaan sejarah Aceh sudah seharusnya memperkuat positioning Aceh sebagai tujuan wisata dan gaya hidup halal.
Untuk membangun pencitraan positif tentang Aceh dan meningkatkan kunjungan wisatawan, perlu dilakukan berbagai strategi pemasaran, salah satunya melalui penyelenggaraan berbagai event budaya dan pariwisata melalui Calendar of Event (COE).
Moment ini juga dapat digunakan untuk memperkenalkan branding baru Aceh dengan taglinenya “The Light of Aceh” atau “Cahaya Aceh” yang merefleksikan spirit bagi seluruh masyarakat yang disatukan melalui Syariat Islam yang Rahmatan lil ‘alamiin sebagai cahaya benderang yang mengajak pada nilai-nilai kebaikan, kemajuan dan kemakmuran.
Berbagai atraksi budaya sebagai tujuan wisata dan gaya hidup halal meliputi Aceh International Rapa’i Festival, Aceh Culinary and Coffee Festival, PKA Aceh, Pagelaran Putroe Phang Art, Festival Sabang Fair, Festival Pulau Banyak, Peringatan Tsunami Aceh dan atraksi wisata lainnya, seperti Sabang Marine Festival, Aceh Bike Cross Country, Pacu Kuda, Aceh Surfing Championship dan Aceh Leuser Internatioanl Rafting Festival.
Seluruh atraksi budaya dan pariwisata tersebut perlu dikemas berbasis Islami dengan selalu mengutamakan kenyamanan dan kebutuhan wisatawan.
Berbagai paket wisata tematik “wisata dan gaya hidup halal” juga dipersiapkan untuk mempromosikan Aceh dengan berbagai keunggulannya, seperti Wonderful Ramadhan, Discover Aceh, Aceh Adventure, Aceh Underwater, Tsunami Heritage, Banda Aceh – Sabang, Lovely Ied Al- Adha in Aceh, Muharram di Aceh dan Muhibbah Sejarah dan Budaya di Aceh.
Namun, isu kebersihan dan pelayanan perlu menjadi perhatian utama pada semua komponen industri pariwisata Aceh karena konsep wisata halal adalah menarik minat wisatawan untuk berwisata di Aceh, sambil beribadah kepada Allah SWT dan menikmati segala keindahan alam dan budaya setempat sebagai manifestasi rasa syukur atas segala ciptaannya.
Tentu saja perlu didukung dengan penyediaan sarana ibadah yang bersih, penyajian produk makanan atau minuman yang ramah dan higienis, hotel yang mengakomodir nilai-nilai syariah, arah kiblat, mukena, spa dan suasana di daerah tujuan wisata yang mencerminkan suasana nyaman, bersertifikasi dan bersyariah.
Promosi wisata dan gaya hidup halal bukanlah menciptakan labelisasi Islam atau Islamisasi pada berbagai usaha pariwisata yang pada akhirnya akan melahirkan Islamphobia bagi wisatawan. Namun, selain memiliki peluang bisnis, wisata dan gaya hidup halal dapat menjadi media dakwah dalam membangun pencitraan Islam sebagai agama yang Rahmatan lil ‘alamiin yang memberikan manfaat dan kebaikan bagi semua serta mensosialisasikan misi Islam sebagai agama yang washotiyah, Islam yang moderat dan toleran bagi siapapun melalui penyajian produk dan pelayanan wisata berbasis halal, santun, jujur, bersih, higienis dan valued for money.
Sementara itu, kunjungan wisatawan ke Aceh terus meningkat dengan semakin dikenalnya wisata Aceh. Tahun 2015 kunjungan wisatawan mencapai sekitar 1.717.116 orang terdiri 1.662.528 wisatawan nusantaran (wisnus) dan 54.588 wisatawan mancanegara (wisman) atau meningkat sekitar 20.22% dibandingkan tahun 2014. Angka ini akan terus meningkat dan ditargetkan angka kunjungan wisman mencapai 100.000 orang tahun 2016.
Semoga industri pariwisata Aceh bertemakan Halal Tourism and Lifestyle semakin maju, tidak hanya mampu membangun pencitraan positif tentang Aceh dan mendatangkan wisatawan muslim dan non muslim, tapi mampu membangun citra Islam sebagai agama yang Rahmatan lil ‘alamiin yang memberikan manfaat bagi seluruh pihak melalui semangat rebranding Aceh sesuai pesan taglinenya “The Light of Aceh” tentu dalam branding “Pesona Indonesia”. (Selesai)
Penulis Rahmadhani, M.Bus (Kabid Pemasaran Disbudpar Aceh) dan M. Syahputra AZ, M.Ec.dev (Kasi Promosi Disbudpar Aceh)